Kamis, 06 Mei 2010

Chapter Six _ Sindir Dibalas Keki

Hari ini tempat duduk kami berputar seperti biasa. Sial, aku kebagian tempat dibelakang Renata dan Safika. Oya, aku belum cerita tentang Safika yah ? Maaf, aku lupa, tapi aku akan menceritakan tentangnya padamu.
Mungkin aku akan mencoba membuat data tentangnya.


About Safika
Nama lengkap : Safika Putri Amelia
Nama panggilan : Safika
Ciri – Ciri : Putih, rambut hitam pendek sebahu, poni seperti Dora
Hobi : Bullying !
Keahlian :
- Mengejek habis – habisan
- Mengucilkan orang lain
- Menyindir tepat sasaran
- Mengadu domba orang
- Merebut teman sebagai pancingan amarah
- Membuat orang sakit hati


Sebelum persahabatanku dan Renata putus, Renata sangat membenci Safika. Tapi sekarang Renata terus berduaan dengan Safika. Menurutku dia hanya terpaksa. Yah, menurutku dia harus mengakui bahwa tidak ada sahabat yang bisa sebaik aku.
Safika membalikan badannya,ia mengedip-ngedipkan matanya padaku.
“Lho, kok pindah tempat duduk lagi sih Vi ? Lagi menyusun rencana ?”, tanyanya sok manis padahal isi pertanyaannya itu nyindir sekali dan saat mengatakannya dia matanya diarahkan kepada Matt, dan anggota C2VL selain AKU.
Aku terus menulis tapi aku menatapnya sambil berkata, “Ow, maaf ya Saf, aku tidak tahu bahwa aku tidak boleh duduk di sini. Kalau begitu aku akan pindah.” Aku tetap bersikap natural walaupun sebetulnya aku ingin membentaknya.
Safika menegakkan tubuhnya. Ia memelankan suaranya. “Tidak, aku hanya bertanya kalian sedang menyusun rencana apa?” Dia menekankan kata rencana.
“Rencana ?”. Aku berhenti menulis, aku bersikap seakan-akan aku ini idiot, dan aku berusaha supaya terlihat bingung dan gugup. “Rencana apa? Bisa kau jelaskan ? Aku bingung dengan semua ini. Kemarin anjingku mati dan…dan…dompetku yang isinya masih penuh hilang tanpa jejak. Oh, aku sungguh terpukul. Masih adakah hal-hal ganjil yang membuat perasaanku tidak enak ? Kumohon Safika, jika kau tahu rencana apa apa yang mereka rencanakan untukku, tolong beritahu aku”. Aku mulai memutar arah pembicaraan.
“Ah…”, Safika ngedumel.
“Terima kasih telah memperingatkanku Saf. Jika benar apa yang kau katakan itu, aku akan berhati-hati.”
“Mmm…Ya, oke”
Safika kembali memutar tubuhnya dan duduk diam. Kurasa aku berhasil membuatnya keki. Dia sempat tersenyum padaku saat istirahat, tapi aku tahu dia terpaksa, karena tadi saat aku menyindirnya balik aku sempat dengar dia mendengus dan berdecak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar