
C2VL bergidik setiap kali melihat anjing rabies berbulu gundul itu. Anjing itu selalu meraung tak keruan dan bermain di dekat tempat sampah.
Oke, kami memang tidak yakin anjing itu menderita rabies. Tapi kami cukup yakin untuk menvonis anjing itu penyakitan.
Oh – oh, kalian harus lihat perilaku cewek – cewek kelas 5 di lapangan ! Mereka mengelus anjing kotor itu dan berkata “ Cutie, cutie, kesini anjing manis.” Aku tidak tahu kapan anak-anak itu memeriksakan mata mereka ke dokter karena anjing itu sangat tidak mungkin jadi cute.
Kami semua tidak tahan ketika melihat mereka melempar bekal mereka ke arah anjing itu. Cathrine yang paling syok diantara kami karena adiknya ada di situ.
“Anet ! Demi Tuhan, apa yang kau lakukan ? Berhenti menyentuh anjing itu, bersihkan tanganmu ! Kau mau terserang virus macam apa ? “, Catherine menjerit diantara kerumunan anak-anak kelas 5. Dia merogoh saku dan melemparkan tisu basah pada Anet.
Anet menangkap tisu basah itu dan bukannya menggunakannya, ia memasukan tisu itu ke dalam sakunya sendiri.
“Kau mau kubagi sedikit, kakakku yang manis ?”, kata Anet sambil tersenyum jahil. Dia melangkah sedikit demi sedikit mendekati Catherine, sementara aku, Chira, dan Lala menjauh.
“Tidak, kau takkan melakukannya.”
“Aku akan melakukannya.”
“Awas saja kau…”
Terlambat. Anet sudah mulai mengejarnya dan berhasil menyebarluaskan virus anjing mengerikan itu. Catherine sudah kena. Anet mendekati kami bertiga. Aku tahu, dia akan menambah populasi manusia yang terserang penyakit itu. Pada kami.
“Oh, tidak”, kata Lala.
“Oh, tentu saja”, kata Anet.
“Kalian tahu teman-teman, langkah apa yang paling baik untuk keadaan darurat seperti ini…”, ujarku gemetar.
C2VL menarik napas.
“LARI !!!”
C2VL pun mulai berlari pontang-panting ke lantai tiga dan ketika kami sampai…
“Ingatkan aku bahwa kami takkan menyentuhmu dan adikmu lagi”, kataku pada Catherine.
“Kalian berdua…”, Chira memandang Catherine.
“Telah tercemar”, sambung Lala.
Catherine tertawa. “ Oh, yeah. Kupastikan itu.”
Kami tahu tawa kami akan meledak jika kami tidak membungkam mulut kami sesegera mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar