“Soal terakhir, apa yang akan kalian lakukan saat terjadi tsunami ?”
Sret, sret, sret, aku menuliskan jawabanku di kertas ulangan. Selesai sudah ulangan IPS hari ini. Fiuhh, ternyata susah juga.
“Kumpulkan lembar jawaban dari paling belakang”. Guruku, Pak Rito, menengok ke arah jam dinding. “Kelas IPS selesai, silahkan istirahat. Siapa yang pimpin doa?”
Jonathan berteriak, “Nomor urut 15 !”
Erika maju. “Teman-teman, marilah kita berdoa.” Kelas kami hening sejenak tapi ketika doa selesai dan Pak Rito keluar, semua berteriak girang dan berlarian menuruni tangga menuju kantin. Ada juga yang membawa bekal dari rumah. Yahh, namanya juga anak-anak.
Aku juga keluar kelas dan tiba-tiba Chira menampar pipiku lumayan keras walaupun tidak sakit.
“Itu untuk yang kemarin !”, seru Chira sambil tertawa dan berlari menjauh dariku. Kebetulan kemarin aku dan Catherine memang menamparnya, tapi kami sungguh hanya bercanda.
Aku ikut tertawa lalu mengejarnya dan menamparnya lagi. “Akan lebih baik jika kau kuberi bonus”
“Baiklah, kubalas lagi supaya impas”.
Tamparannya mendarat di pipiku. Lalu aku berkata sambil tertawa tersengal-sengal. “Baik, kita sudah impas. Sekarang kau harus membalas Catherine !”
Ketika Catherine manghampiri kami, spontan Chira menamparnya.
“Hei, tamparan untuk apa ini ?”
“Untuk yang kemarin, Catherine sayang”.
Catherine tertawa dan memberi Chira bonus tamparan seperti yang aku lakukan. Chira membalasnya tapi Catherine membalasnya lagi, lalu Chira membalas lagi. Sayang sekali aku tidak menonton show tampar menampar itu hingga selesai, sebab aku harus segera naik ke atas untuk mencatat agendaku jika aku tidak ingin terlambat mengumpulkan agenda.
Aku menyerahkan agendaku pada Renata yang bertugas sebagai sekretaris. Kemudian berlari keluar dan ternyata Chira dan Catherine masih saling menampar di tangga. Maka aku pergi ke toilet untuk buang air kecil sehingga aku tak usah repot pergi ke toilet saat pelajaran dimulai.
Aku berjalan keluar dari toilet sambil merapikan seragamku. Tapi kulihat Chira sedang dikerubungi beberapa anak jadi aku menghampirinya. Sepertinya sedang terjadi sesuatu.
Aku datang saat Chira sedang menangis sekeras-kerasnya.
“Ada apa ini ?”
Mei dari kelas 6c hendak menjelaskan tetapi Chira keburu memborongku dengan penjelasan yang penuh penyalahan seakan – akan aku baru mencuri emas dan berliannya yang seberat 1 ton.
“…Kalian tidak berhenti menamparku, kalian terus mengejarku. Tidak ingatkah kalian berapa banyak tamparan kalian kemarin ? Aku sungguh tidak mengerti kenapa kalian terus-terusan bertingkah layaknya anak kecil !”, Chira menangis terisak.
Aku menggaruk kepalaku walaupun tidak gatal. Habis, aku bingung mau menjawab apa yang cukup bijaksana. Kadang aku bisa terlihat kekanak-kanakan tapi bisa juga terlihat dewasa sekali.
Maka aku berkata, “Kami sudah berhenti kan. Kau dan Catherine yang tidak henti-hentinya saling menampar. Lagipula kita tak sungguh-sungguh saling menampar bukan ? Apa kau merasakan sakit ? Aku sih tidak. Tapi jika ya, kami minta maaf.”
Chira terdiam sambil mengusap air matanya. Aku tahu dari air mukanya dia sudah mulai menyesal.
“Dengar”, aku memberitahunya, “ Aku tidak ingin kita terpecah belah dan bertengkar hanya karena masalah sepele seperti ini. Sekali lagi aku minta maaf. Lain kali kita tak usah bercanda sampai kelebihan batas seperti ini. Aku janji.”
Kami terdiam cukup lama sampai Chira akhirnya menjawab.
“Aku sudah memaafkan kalian sejak tadi”, gumam Chira.
Aku tersenyum. “Itu bagus”
Aku menoleh dan melihat Catherine yang berlari ke kamar mandi.
“Baiklah, aku akan menyusul Catherine ke toilet. Mungkin dia sedang menangis. Aku akan berusaha membuat kalian rekat kembali. Oke ?”
“Oke.”
Aku berteriak memanggil Catherine ketika sampai di toilet perempuan., tapi dia tidak menjawab. Kupanggil dia sekali lagi.
“Catherineeee ?????? Kau di dalam ?”
“Ya, memang kenapa ?” Suara Catherine tidak terdengar seperti sedang menangis.”
“Sedang apa kau?”, tanyaku.
“Aku sedang buang air kecil. Aku kebelet nih !”
Aku tertawa. “Syukurlah kau tidak menangis. Aku mengkhawatirkanmu.”
Catherine keluar kamar mandi lalu bercermin. Dia juga tertawa. “Tidak, untuk apa?”
“Karena pertengkaranmu dengan Chira. Kau tidak tahu dia menangis ?”
“Tentu saja aku tahu. Tapi kurasa aku tidak perlu menangis, ya kan ? Kita bisa selesaikan ini baik-baik.” Tapi dia berpura-pura menangis seperti bayi-bayi kecil.
Aku tertawa lagi.“Kurasa aku punya ide. “ Aku membisikkan sesuatu padanya dan dia mengangguk sambil tersenyum.
Catherine melangkah keluar dari kamar mandi dan menerobos anak-anak kelas 5. Suaranya serak karena dia tersedu-sedu.
“Oh, kumohon jangan menangis. Menangis takkan menyelesaikan apapun. “. Aku berdiri menjajarinya dan mengikutinya ke dalam kelas.
“Kau takkan mengerti !”
` Dia duduk di bangkunya sambil tersedu.
Aku berkata pada Chira, “Ayolah, kau juga harus minta maaf padanya. Apa kau tidak kasihan ?”
Chira diam dan mendekati Catherine, sementara aku menghampiri Catherine di sisi yang lain bersama Lala. Dia habis berbisik pada Lala.
“Lala, apa yang dia katakan barusan?”, tanyaku pada Lala. Aku menendang kakinya, sebagai tanda bahwa ia harus mulai mengarang cerita dan sedikit berakting.
Kening Lala berkerut.” Aku tidak dengar dengan jelas tapi dia berkata ‘ La, aku ingin keluar saja dari C2VL ‘. Begitu… Aku tidak ingin kita berpisah”, jelas Lala dengan nada cemas.
“Kumohon jangan keluar Cath. Kita bisa selesaikan ini…”
“Aku tak peduli”
Aku memandang Chira dan Chira memandang Catherine. Tiba-tiba ia berkata, “ Maafkan aku Cath. Aku bersalah juga karena telah membesar-besarkan masalah ini. Aku menyesal. Dan kuminta jangan keluar dari C2VL, berhentilah menangis. Kumohon. C2VL akan sepi tanpa kau. “
Catherine berbalik dan tertawa. “Siapa yang menangis?”
Kami semua tertawa melihat acting kami.
Chira tertawa paling keras. “Kalian sungguh keterlaluan !” Tapi dia tidak marah melainkan tertawa senang.
Catherine berkata di sela-sela tawanya. “Kami merencanakan ini saat tadi di toilet”.
Kata Lala, “Kami yakin kau butuh sedikit gurauan untuk memperbaiki perasaanmu”.
“Jadi kami lakukan ini.”, kataku.
Kami tertawa tanpa berhenti.
Lalu Chira berbisik pada kami saat baris, “Ngomong-ngomong, acting kalian hebat juga.”
Kamis, 06 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar