Hari-hari kami di 6d baik-baik saja sampai ada pengumuman bahwa anak-anak kelas 6 harus meninggalkan kegiatan ekskul dan mengikuti latihan UASBN setiap hari Sabtu pagi dari pukul tujuh sampai pukul sepuluh.
Sebenarnya berat bagiku meninggalkan kegiatan ekskul basket yang sangat aku suka tetapi demi mendapat nilai yang bagus, aku rela – rela saja . Moodku belum terlalu rusak sampai kami tahu bahwa anak kelas 6B dan 6a akan dipencar sebagian ke tiga kelas yaitu 6c, 6d, dan 6e. Hari Sabtu yang semestinya menyenangkan menjadi rusak sepenuhnya. Kau tahu kenapa ? Sebab kami tahu bahwa anak kelas B begitu membenci kami terutama karena Dana kelas B yang memulai kebencian mereka pada kami. Tapi aku tidak tahu apa sebabnya. Kudengar sih Dana kesal sama Matt, entah kenapa. Lalu kebencian mereka menyebar sampai ke satu kelas 6d.
Dana memukul-mukul meja. Juga bernyanyi tidak keruan. Tampaknya dia memang ingin melihat kami marah. Dia menendang - nendang kursi Anas yang duduk di depannya. Anas adalah murid 6d jadi aku tahu apa yang dia rasakan.
“Diam ! Apa kau tidak bisa membungkam mulutmu sebentar saja ! Aku datang ke sini untuk belajar bukan untuk bermain. Bisakah kau bersikap sopan sedikit ? Tak tahukah kau bahwa kau sedang berada di kelas orang lain ? Tidak punya telinga apa ya ? Sudah kuperingati kau dari tadi !! Berhenti menendang kursiku !!”, Anas menangis sambil memarahi Dana. Dana awalnya hanya tersenyum meremehkan. Pandai sekali dia membuat Anas marah. Tak pernah aku melihatnya semarah itu.
Kami murid-murid 6d menenangkan Anas. Namun dia tetap menjerit. Sesungguhnya aku ingin menampar Dana tapi untung saja tidak kulakukan.
Tiba-tiba Bu Tanti datang ke kelas. Aku yakin Bu Tanti mendengar keributan di kelas kami. Di kelas kami sedang tidak ada guru yang mengawas makanya Dana dapat berlaku sesuka hati. Ketika ada guru saja dia sudah menyebalkan, apalagi tidak ada guru ? Bencana.
“Ada apa ini ribut-ribut ?”
Seketika seluruh kelas hening. Dana pun tak berani mengeluarkan suara.
Chira selaku wakil ketua kelas 6d angkat bicara dengan nada marah. “Ini Bu, Dana tidak bisa diam. Dia terus- terusan mengganggu kami dan menendang bangku Anas sehingga Anas tidak tahan dan akhirnya marah dan menangis. Kurasa itu patut dimaklumi sebab Dana-lah sumber dari keributan ini”.
“Kok aku sih Bu ? Aku tidak melakukan apapun, sungguh !”, kata Dana membela diri.
“Jadi kau bilang menendang dan bernyanyi tidak keruan serta menggebuk meja dan meneriakkan kata-kata kotor masih tidak masuk hitungan mengganggu ? Luar biasa tolol !”, kata Chira geram.
“Jangan sembarang omong ya ! Aku tidak ngapa – ngapain kok ”
“Cukup Dana !! Ibu tahu kelakuanmu sehari-hari di kelasmu sendiri ! Kau begitu bandel dan kurang ajar ! Anas, kau pindah saja ke barisan belakang di seberang sana ! Daripada kau terus digangggu si Dana ini.”, kata Ibu Tanti.
Anas membereskan tas dan buku-bukunya lalu pindah.
“Nah, anak-anak, tolong jaga ketenangan ya ! Kerjakan soal latihan kalian dengan teliti. Dan tolong jaga sikapmu, Dana. Ibu keluar dulu ya.”, kata Bu Tanti.
“Baik Bu”, ujar kami serempak.
Belum lima menit berlalu Dana sudah bertingkah lagi. Semua kebandelannya dilakukan kembali. Aku sama sekali tidak bisa berkonsentrasi sebab Dana tidak henti-hentinya berteriak. Ditambah dengan beberapa teman-temannya dari 6b seperti Nick dan Joshua dan lainnya. Tapi tetap saja Dana yang paling berani bertindak dan berlaku sebagai provokator.
Dalam tiga jam latihan UASBN hari ini sudah dua kali dia ditegur oleh guru. Bu Tanti dan Pak Wiryo. Setelah Pak Wiryo pergi Dana kembali melakukan aksinya. Kalau begitu apa gunanya ia ditegur ? Heran aku.
“Aku minta kau diam.”, kata Renata ketus.
“Siapa kau mengatur aku ?”, balas Dana.
“Kami adalah murid-murid yang ingin belajar, sebab kami punya otak.”, sambar Didi.
“Heh, apa peduliku ? Urus saja urusan kalian sendiri !”
Aku yakin akan ada pertengkaran lagi.
“Ingin sebetulnya kami usir kau keluar dari kelas ini.”, ujar Matt geram.
“Kami juga ingin keluar dari sini.”, kata Nick dengan nada menyebalkan.
“Keluarlah kalau begitu !”, jerit Lala yang sudah tak tahan.
“Kubilang kami juga mau !”, Dana membalas dengan nada tinggi.
Mereka mulai bersahut-sahutan. Konsentrasiku buyar. Bahkan aku butuh 10 menit untuk mengerjakan satu soal. Ingin rasanya aku berkeliling kelas sambil menjerit dan menampar satu persatu tampang menyebalkan anak – anak tak tahu diri itu.
Pertengkaran berlanjut sampai Catherine dan aku bertindak.
“Diam ! Dasar kau Dana trouble maker !”, seru Catherine dengan suara pecah. Aku takut ia akan menangis.
Aku yang melanjutkan walaupun aku juga takut kalau aku marah aku akan menangis seperti Anas. “Kalau kalian tak mau keluar, kami yang akan keluar !”, suaraku meninggi.
Davi tersenyum meremehkan kami.” Silahkan”
Aku menarik napas. “Terima kasih atas kekacauan yang kau buat hari ini Dana. Aku terkesan”.
Maka aku dan Catherine segera beranjak keluar sambil membawa buku dan pensil kami. Aku bisa mendengar murid 6d yang lain mengumpat pada Dana dkk, karena aku dan Catherine beralih untuk belajar di luar. Tapi aku senang karena setidaknya mereka mendengarkan kata-kataku yang terakhir.
“Di sini jauh lebih baik.”, ujar Catherine padaku.
“Ya, aku bisa mengerjakan soal dengan cepat sekarang. Aku senang kita keluar.”
Kami melakukan tos sampai Pak Rito, guru yang paling galak yang pernah ada berjalan menghampiri kami.
Catherine bergidik ngeri. Kami takut kena marah. Tapi nyatanya Pak Rito justru bertanya dengan nada baik – baik pada kami.
“Ada apa ? Kenapa kalian belajar di luar ? Apakah Dana mengganggu kalian ?”, tanya Pak Rito pada kami. Tak heran Pak Rito akan menanyakan Dana, karena Pak Rito adalah wali kelas 6b, tempat Dana dkk. Membandel setiap harinya. Pasti Pak Rito tahu kelakuan mereka sehari-harinya,
“Ya Pak. Dana dan anak-anak lelaki dari kelas Bapak tidak bisa berhenti mengganggu. Kami tidak dapat belajar dengan baik.”, kata Catherine.
“Bukan bermaksud mengadu Pak. Tapi Dana sudah ditegur guru dua kali hari ini tapi dia belum kapok juga.”, timpalku.
“Sudah kuduga dia akan mengacau. Akan kutegur anak itu. Sikapnya sudah keterlaluan”, kata Pak Rito.
Kami tersenyum senang. Kami berdua mendengar,ketika Pak Rito membuka pintu semua langsung diam. Kadang amarah Pak Rito lebih seram daripada apapun yang pernah kau lihat di dunia ini. Itu sebabnya mengapa detik-detik ini adalah petaka bagi murid-murid 6b yang mengacau dan Dana dkk. Mereka pasti dimarahi habis-habisan.
Setelah mengomel, Pak Rito berkata pada kami.” Tak apa jika kalian lebih nyaman belajar di luar. Si Davi memang sulit diberitahu. Kerjakan soal latihan kalian ya, jangan lupa.”
Aku dan Catherine berpandangan setalah Pak Rito berlalu. Belum pernah beliau sebaik ini ! Tapi tidak lama aku bisa mendengar keributan yang dibuat Dana lagi. Kali ini dia mengata-ngatai Pak Rito dan murid 6d. Lalu Matt keluar.
“Masuklah. Tak sepantasnya kalian di luar. Semestinya Dana dkk. lah yang belajar di luar.”
Catherine menggeleng. “Tidak, kami disini saja.”
“Kalian tidak dimarahi Pak Rito kan ? Kami gembira kalian mengatakan kebandelan Davi pada Pak Rito walaupun kita semua disebut tukang ngadu.”
“Tapi dia memang pantas diadukan kok.”
Aku menerebos Matt dan berkata dari depan pintu. “Nah ? Enak kan dimarahi Pak Rito ? Namun memang dasar kau Dana tidak bisa diam, tak ada gunanya memarahi kamu. Perbuatanmu akan dilakukan terus menerus. Bagi murid-murid yang merasa terganggu, silahkan belajar di luar seperti kami jika menurut kalian itu lebih efektif. Pak Rito yang memberi izin. Dana, silahkan lanjutkan omonganmu yang tidak berguna ! Kami sudah buktikan bahwa kami sang tuan rumah di kelas ini lebih memiliki sikap dan mengalah pada kalian anak-anak yang tak tahu diri.”. Lalu pintu kututup kembali.
Tak lama kemudian sebagian besar murid 6d keluar, duduk tenang sambil mengerjakan soal latihan. Sampai bel berbunyi, Pak Rito lewat lagi. “Nah, sekarang kalian sudah boleh pulang. Bereskan barang – barang kalian dan beritahu juga anak – anak yang di dalam ya.”
Kami bersorak gembira dan berlarian masuk kelas.
Aku berkata, “Silahkan pulang, akhirnya kalian bisa keluar dari sini, iya kan?”, aku tersenyum puas sementara Dana dkk. tak mau lagi berkata-kata.
Tiga jam pada hari Sabtu ini betul-betul dahsyat !
Jumat, 07 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar